Senin, 18 Juni 2012

Jaringan Point To Point


Jaringan Point To Point
Jaringan kerja titik ke titik merupakan jaringan kerja yang paling sederhana tetapi dapat digunakan secara luas. Begitu sederhananya jaringan ini, sehingga seringkali tidak dianggap sebagai suatu jaringan tetapi hanya merupakan komunikasi biasa. Dalam hal ini, kedua simpul mempunyai kedudukan yang setingkat, sehingga simpul manapun dapat memulai dan mengendalikan hubungan dalam jaringan tersebut. Data dikirim dari satu simpul langsung kesimpul lainnya sebagai penerima, misalnya antara terminal dengan CPU. 

Point-to-Point Protocol (sering disingkat menjadi PPP) adalah sebuah protokol enkapsulasi paket jaringan yang banyak digunakan pada wide area network (WAN). Protokol ini merupakan standar industri yang berjalan pada lapisan data-link dan dikembangkan pada awal tahun 1990-an sebagai respons terhadap masalah-masalah yang terjadi pada protokol Serial Line Internet Protocol (SLIP), yang hanya mendukung pengalamatan IP statis kepada para kliennya. Dibandingkan dengan pendahulunya (SLIP), PPP jauh lebih baik, mengingat kerja protokol ini lebih cepat, menawarkan koreksi kesalahan, dan negosiasi sesi secara dinamis tanpa adanya intervensi dari pengguna. Selain itu, protokol ini juga mendukung banyak protokol-protokol jaringan secara simultan. PPP didefinisikan pada RFC 1661 dan RFC 1662.
Teknologi Point-to-Point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya link serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai neighbour. Dalam proses pencarian neighbour ini, router OSPF juga akan melakukan pengiriman Hello packet dan pesan-pesan lainnya menggunakan alamat multicast bernama AllSPFRouters 224.0.0.5.











Kelebihan jaringan point to point:

· Implementasinya murah dan mudah
· Tidak memerlukan software administrasi jaringan yang khusus
· Tidak memerlukan administrator jaringan

Kekurangan jaringan point to point:

· Jaringan tidak bisa terlalu besar (tidak bisa memperbesar jaringan)
· Tingkat keamanan rendah
· Tidak ada yang memanajemen jaringan
· Pengguna komputer jaringan harus terlatih mengamankan komputer masing-masing
· Semakin banyak mesin yang disharing, akan mempengaruhi kinerja komputer.



Topologi jaringan Point to Point (Titik ke-Titik)Topologi jaringan Point to Point (Titik ke-Titik)
o Kedudukan masing-masing komputer dalam jaringan adalah sama.
o Setiap komputer dapat berlaku sebagai Klien atau Server.

PPP protocol membentuk komunikasi dalam tiga fase:
1. Membuka link dan membentuk sesi dengan saling bertukar LCP
2. Membentuk opsi authentication melalui PAP atau CHAP, CHAP sangat direkomendasikan.
3. Setuju dengan protocol layer diatasnya (IP; IPX; AppleTalk; dll)

Konfigurasi PPP Protokol

Default protocol point-to-point untuk router Cisco adalah HDLC (High-Level Data Link Control) yang mana umum dipakai pada leased line seperti T1; T3 dll, akan tetapu HDLC tidak support authentication. KDLC adalah patennya Cisco jadi bukan standard industry, jadi hanya bisa      dipakai sesame  Cisco saja.

POINT TO MULTIPOINT

Garis besar konfigurasi Point to Multi Point :
 1. Konfigurasi AP1 (AP pusat) menggunakan mode Point to Multi Point, dimana di AP1 akan dimasukan MAC Address untuk setiap AP (mulai AP2 s/d AP3) pada kolom isian MAC AP yang terkoneksi dengan AP1
2. Konfigurasi AP di gedung lainnya (AP2 s/d AP3) menggunakan mode point to point, dimana masing-masing AP tersebut memasukan MAC Address AP1 sebagai AP pusat pada kolom isian MAC AP pasang.
3. Pastikan semua AP menggunakan channel yang sama serta konfigurasi keamanan yang sama.
4. Cek dan pastikan setiap komputer pada setiap jaringan LAN kabel dapat saling berkoneksi, dan dapat berbagi resource seperti sharing folder, sharing printer dapat berkoneksi dengan server, dan menggunakan koneksi internet yang ada. (semua LAN AP menggunakan subnet mask yang sama, meski beda segment)
5. Jika semua sudah terpasang dengan konfigurasi yang sesuai, di AP biasanya terdapat perangkat survey untuk mengetahui AP mana saja yang terkoneksi.
6. Selanjutnya agar para user yang menngunakan perangkat wireless dapat juga terkoneksi dengan AP tersebut, maka pada konfigurasi masing-masing AP juga ditambahkan mode akses point ehingga dapat memperluas jangkauan jaringan LAN wireless.


Jaringan Point-to-Multipoint menawarakan beberapa keuntungan untuk operator sebagai berikut :
·        Lower entry and deployment costs. Operator dapat menyediakan service dengan biaya awal dan pengembangan yang lebih rendah dibandingkan jaringan yang konvensional (dengan kabel).
·        Faster and easier deployment. Sistem dapat dikembangkan secara cepat dengan resiko gangguan yang minimal pada komunitas dan lingkungan.
·        Faster realization of revenue. Dengan cepatnya pengembangan menggunakan jaringan wireless, service provider dapat memperoleh pengembalian investasi lebih awal.
·        Demand-based buildout. Scaleable architecture incorporating open industry standard menjamin pelayanan dan coverage area dapat dengan mudah di-expand sesuai tuntutan calon pelanggan.
·        A cost shift from fixed to variable component.
·        Quick response to market opportunities. Service provider dapat merespond dengan cepat untuk mengembangkan market, new marketplace dinamics, existing market expansion dan market deregulation opportunities.
·        Lower network maintenance, management, and operating costs. Memungkinkan biaya operasional lebih rendah karena adanya pilihan design yang fleksibel, pengembangan service dan pengurangan permintaan peralatan.
·        High efficiency. Arsitektur ATM mengoptimalkan pemakaian bandwidth.
·        Fiber-like quality of service (QoS).
·        Bundled services. Operator dapat menawarkan two-way integrasi pelayanan voice, data dan video melalui satu arsitektur jaringan tanpa memerlukam perubahan yang berarti untuk menambah pelayanan baru.


POINT-TO-MULTIPOINT SYSTEMS

Sistem Point-to-Multipoint, yang dikenal sebagai Broadband Wireless Access (BWA) atau Local Multipoint Distribution Service (LMDS), secara sejarah sama dengan sistem cellular atau narrow band wireless local loop. Sistem ini menyediakan wireless cell yang mencakup suatu area geografik yang spesifik (dengan radius sampai 4 mil) untuk mendeliver pelayanan telekomunikasi kepada pelanggan dalam area cell tersebut. Bandwidth koneksi ini dari 64kb/s sampai 155 Mb/s.
Arsitektur Point-to-Multipoint juga menampakkan beberapa karakteristik unik yang membedakan dari jaringan public carrier yang lain. Untuk menyediakan konsistensi dan kecocokan dengan jaringan
kabel, arsitekturnya didesign untuk support Asyncrounus Transfer Mode (ATM). Saat ini, ATM menawarkan protokol terdefini dan quality of services metrics paling bagus. ATM cell structure juga membolehkan transmisi dua arah berbagai macam media seperti voice, data dan video, dengan adaptive layering menjamin integritas medium. Arsitektur Poin-to_Multipoint dapat menggabungkan isi multimedia dan mengirimnya dari single cell hub melalui satu atau lebih carrier ke banyak pelanggan dalam cell yang telah ditentukan. Masingmasing customer mengirim balik transmisi yang unik ke hub, menyelesaikan access loop. Untuk menyempurnakan koneksi ini, Time Division Multiplex digunakan untuk jalur outbound atau downstream dimana paket informasi didalam wireless ATM frame. Virtual Path Identifiers (VPI) dan Virtual Channel Identifiers (VCI) dengan ATM protocol memberi alamat pada masing-masing packet dengan point tujuan mereka. Inbound path atau upstream channel di beri fasilitas melalui Frequency Division Multiple Access (FDMA) atau Time Division Multiple Access (TDMA), tergantung pada
karakteristik dari sirkit yang diminta. Biasanya, FDMA digunakan untuk sirkit yang membutuhkan kecepatan diatas T1/E1, dan dimana dedicated channel selalu on-line untuk komunikasi. TDMA pada umumnya digunakan untuk kecepatan lebih rendah dari T1/E1, dimana kanal dibagi-bagi lebih dari satu pemakai. Di dalam skenario ini, trafik di dalam kanal dapat dialokasikan pada pemakai berbasis Constant Bit Rate (CBR) atau Variable Bit Rate (VBR), tergantung pada kebutuhan pemakai. TDMA juga sangat berguna dimana alokasi spektrum kecil dan tidak mendatangkan untuk menyediakan pelanggan dengan individual upstream
channels. Banyak sistem operator akan mempunyai pelayanan campuran dan target marget yang memerlukan dua kasus tersebut. Maka pilihan metode akses TDMA dan atau FDMA ke dalam satu sistem menjadi
penting bagi sistem designer dan sistem operator.

1 komentar: